Natal kadangkala tak lebih dari sebuah background atau setting saja. Jika di bulan Desember kita tak mendengar lantunan lagu natal atau tak melihat dekorasi seputar snowman, x-mas tree, atau santa claus, rasanya ada yang kurang. Tak heran kalau di mall-mall dan di pusat keramaian pasti akan dihias dengan suasana natal.
Film-film pun tak ketinggalan mengambil setting natal. Sebut saja film White Christmas, film buatan tahun 1954 yang laris manis, Mickey’s Christmas Carol maupun Surviving Christmas yang dibuat tahun 2004 sama sekali tak bercerita tentang natal. Film-film itu hanya mengambil settingnya saja. Dengan setting natal, diharapkan film akan terlihat hidup, romantis dan menarik.
Selain film, tentu saja lagu-lagu natal juga banyak diputar dan didengarkan. Hanya sayang, tak semua lagu yang dikategorikan lagu-lagu natal itu menceritakan tentang kasih Allah, damai, Yesus atau hal-hal yang rohani, sebaliknya lagu itu kebanyakan adalah lagu cinta yang terinspirasi dengan bulan Desember.
Natal tak lebih dari setting belaka. Lalu bagaimana dengan kehidupan kita sendiri sebagai orang Kristen? Apakah natal yang kita peringati setiap tahunnya juga tak lebih dari sekedar setting saja di bulan Desember? Tak ada makna yang tersisa, selain semua kegiatan ekstra yang melelahkan. Alangkah menyedihkan jika kita menganggap natal tak lebih dari setting di bulan Desember saja. Itu seperti kita merayakan natal tapi tidak tahu siapa sebenarnya yang sedang kita rayakan. Menyedihkan sekali bukan?
Sumber :http://www.renungan-spirit.com
Sumber :http://www.renungan-spirit.com
Artikel yang berkaitan
Kamis, 29 Desember 2011
//
Label:
Artikel
// //