Kita pun berpikir, sedemikian miskinkah bayi Yesus, sehingga Mesias harus lahir dalam keadaan seperti itu? Meski Yesus lahir dalam kesederhanaan, bukan berarti Yesus miskin. Natal, cermin kemiskinan? Saya rasa kurang tepat, tapi kalau natal sebagai cermin kerendahan hati, saya sangat setuju!
Kalau Yusuf dan Maria miskin, tentu mereka tak akan mendatangi penginapan, bukan? Bukankah Lukas mencatat bahwa tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan? Artinya, mereka punya uang untuk tidur di hotel, tapi hotel sudah full atau bisa saja pihak hotel yang tidak mau beresiko melihat Maria sudah hamil tua seperti itu. Mereka sudah berusaha mendatangi semua hotel yang ada, tapi apa daya petugas resepsionis selalu berkata bahwa hotel sudah penuh.
Natal, cermin kerendahan hati. Begitu rendah hatiNya sang Mesias, sehingga Ia tidak peduli kalau lahir di tengah kesederhanaan bahkan tanpa semarak sama sekali. Begitu rendah hati, sehingga Ia mau menjadi bayi kecil yang tak berdaya sama sekali. Bahkan Ia yang adalah Penasihat kekekalan mau memberi diriNya untuk diasuh oleh manusia. Apa lagi yang mau kita katakan untuk menggambarkan hal itu selain kerendahan hati?
Sumber : http://www.renungan-spirit.com
Sumber : http://www.renungan-spirit.com
Artikel yang berkaitan
Artikel
- Starting Over with Handel
- Tak Lebih Dari Background Saja
- Ensiklopedia Natal
- Love vs. Infatuation
- Healthy Relationships: Emotional Honesty
- Love vs. Loneliness
- Love vs. Friendship
- Love vs. Control
- Healthy Relationships: Balance
- Love vs. Lust
- Cara Alam Menghibur Kita
- Berhentilah Mengeluh
- Cobalah untuk merenung
- Keputusan sang Ayah.
- Kisah Seekor Lalat Bernama Fernando
- Hidup adalah pilihan
- Kisah Kupu-kupu : "Ekspresi seorang pemuda"
- Kisah Kupu-kupu
- Ulat vs Kupu-kupu
- Makna 'Cinta'
- Diam
- Kebebasan
- Kisah Seorang Sabar
- Pelajaran berharga dari seorang teman
Kamis, 29 Desember 2011
//
Label:
Artikel
// //